السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ, --- Selamat datang di blog kami, selamat menikmati postingan kami, saran dan kritik kami persilahkan demi perbaikan blog ini --- آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن

Wednesday, July 16, 2014

Yang Paling Cantik, Isteriku!!!




Pukul 4.05, alert di hpku membangunkan. Ia ikut bangun. Padahal, aku tahu
baru pukul 23.30, ia bisa tidur setelah berjib aku dengan kerjanya, kerja
rumah tangga, urusan dua anakku, dan mengurusi aku sebagai suami.
Belum lagi, pukul 01.15 terbangun untuk sebuah interupsi.
Ups, rupanya ia lupa menyetrika baju kantorku. Aku mandi, shalat lail dan
shalat subuh. ia selesai pula menyelesaikan itu. Plus, satu stel pakaian
kerjaku telah siap.
Aku siap berangkat. Ah, ada yang tertinggal rupanya. AKu lupa memandangi
wajahnya pagi ini. "Nda, kamu cantik sekali hari ini," kataku memuji.
Ia tersenyum. "Bang tebak sudah berapa lama kita menikah?" Aku tergagap
sebentar. Melongo. Lho, koq nanya itu. hatiku membatin. Aku berhenti
sebentar dan menghitung sudah berapa lama kami bersama. Karena,
perasaanku baru kemarin aku datang ke rumahnya bersama ust. Bambang
untuk meminangnya."Lho, baru kemarin aku datang untuk meminta kamu
jadi istriku dan aku nyatakan ‘aku terima nikahnya Herlinda Novita Rahayu
binti Didi Sugardhi’ dengan mas kawin sebagaimana tersebut tunai." Kataku
cuek sembari mengaduk kopi hangat rasa cinta dan perhatian darinya.
Ia tertawa. Wuih, manis sekali. Mungkin, bila kopi yang aku sruput tak perlu
gula. Cukuplah pandangi wajahnya. "Kita sudah delapan tahun Bang."
Katanya memberikan tas kerjaku.

 
"Aku berangkat yah, assalamualaikum," kataku bergeming dari kalimat
terakhir yang ia ajukan.
Aku buru-buru. "Hati-hati yah dijalan." Sejatinya, aku ingin ngobrol terus.
sayang, KRL tak bisa menunggu dan pukul 7.00 aku harus sudah stand by di
ruang studio sebuah stasiun radio di Jakarta.
Aku di jalan bersama sejumlah perasaan. Ada sesuatu yang hilang. Mungkin
benar kata Dewa, separuh nafasku hilang saat kau tidak bersamaku. kembali
wajahnya menguntit seperti hantu. Hm, cantiknya istriku. Sayang, waktu
tidak berpihak kepadaku untuk lebih lama menikmatinya.
Sekilas, menyelinap dedaunan kehidupan delapan tahun lalu. Ketika tarbiyah
menyentuh dan menanamkan ke hati sebuah tekad untuk menyempurnakan
Dien. Bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Bahwa rezeki akan datang
walau tak selembar pun kerja kugeluti saat itu. Bahwa tak masalah
menerapkan prinsip 3K (Kuliah, Kerja, Kawin).
Sungguh, kala itu kupikir hanya wanita bodoh saja yang mau menerimaku,
seorang jejaka tanpa harapan dan masa depan. Tanpa kerja dan orang tua
mapan. Tanpa selembar modal ijazah sarjana yang saat itu sedang kukejar.
Tanpa dukungan dari keluarga besar untuk menanggung biaya-biaya
operasional.
Dan, ternyata benar. Kuliahnya dan kuliahku bernasib serupa. Berantakan.
Waktuku habis tersita untuk mengais lembar demi lembar rezeki yang halal.
Sementara ia harus merelakan kuliahnya di sebuah perguruan tinggi negeri
untuk si Abang, anakku.
Kehidupan harus terus berjalan. Kutarik segepok udara untuk mengisi paruparuku.
Kurasakan syukur mendalam. Walau tanpa kerja dan orang tua
mapan, ‘kapal’ku terus berlabuh. Bahkan, kini sudah mengarung lebih stabil
dibanding dua dan tiga tahun pertama.
Ternyata, memang benar Allah akan menjamin rezeki seorang yang
menikah. Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak terduga.
Walaupun tetap semua janji itu muncul dengan sunatullah, kerja keras. Kerja
keras itu terasa nikmat dengan doa dan dampingan seorang wanita yang
rela dan ikhlas menjadi istriku.
Namun, aku tahu wajah cantik istri ku mungkin akan memudar dengan
segala kesibukan, mempersiapkan makanan untuk si Abang dan Ade yang
mau berangkat sekolah, mempersiapkan tugas-tugas untuk pekerjaanya,
belum lagi mengurusi tetek bengek rumah tangga. Kelelahan seolah
menggeser kecantikan dan kesegarannya. Untunglah, saat aku pulang, ia
bisa mengembalikan semua keceriaan itu dengan seulas senyum yang
menyelinap dibalik penat dan kelelahan.
Istriku cantik sekali pagi ini. Maafkan aku tak bisa menemanimu. Namun,
doa dan ridhaku selalu bersamamu.
Sayangku,kumohon dekat di sini
temani jasadku yang belum mati
Aku melayang
---------
fikriaty ibnu abbas

No comments:

Post a Comment